Tentang Aku, Kamu, Kalian Semua dan Sahabat ( Semua Tentang Kita )

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 31 Maret 2015

pegunungan nan indah dan sejuk

July 26, 2011
1231 views
dieng-plateauDieng, kawasan pegunungan di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, ini cocok buat penikmat alam sejati. Terletak di ketinggian 2000 meter di atas laut, Dieng menawarkan kecantikan alam dan berbagai situs peninggalan masa lampau.
Sebut saja Candi Arjuna. Candi Hindu tertua di Pulau Jawa ini masih kokoh berdiri. Padahal, candi tersebut sudah ada sejak tahun 809 masehi. Candi tersebut dipakai sebagai pemujaan terhadap Dewa Siwa.
Masih di Dieng, sebuah kawah vulkanik aktif ditemukan di sini. Kawah Sikidang namanya. Sesuai namanya, kidang/kijang, aktivitas berpindah tempat juga dilakoni kawah ini. Wilayah Dieng sebenarnya bentukan dari kawah Gunung Merapi yang mati. Cekungannya terlihat jelas dari dataran yang dikelilingi gugusan pegunungan di sekitarnya. Kawah Sikidang adalah satu dari beberapa kawah vulkanik yang masih aktif.
Jangan lupa mengunjungi Telaga Warna dan Gunung Sikunir. Telaga Warna adalah telaga yang memantulkan warna hijau, biru, dan ungu saat terkena sinar matahari. Kala fajar menyingsing, indahnya matahari terbit bisa dinikmati dari puncak Gunung Sikunir.
Kalau berkunjung ke Dieng, pastikan membawa baju hangat. Karena, suhu siang hari hanya berkisar 15-20 derajat celcius. Malamnya, suhu dengan kisaran 10 derajat celcius siap menemani. Lupakan untuk menggunakan pendingin udara di tempat ini. Ekstrem lagi kalau Anda berkunjung pada Juli dan Agustus. Suhunya bisa nol derajat celcius di siang hari dan -10 derajat celcius di waktu malam. Brrr… dinginnya menusuk tulang.
Namun kondisi tersebut disyukuri masyrakat setempat. Aneka tanaman yang membutuhkan iklim sejuk, tumbuh subur di sini. Komoditas utamanya adalah kentang dan kubis.Carica, atau pepaya Dieng, menjadi salah satu buah most wanted kala turis singgah di Dieng, sebagai oleh-oleh.
Pernah dengar purwaceng?  Inilah salah satu jenis tanaman legendaris yang tumbuh subur di Dieng. Fungsinya seperti viagra, bisa sebagai suplemen meningkatkan gairah seksual. Purwaceng sebenarnya jenis rumput yang tumbuh liar yang dikonsumsi dalam bentuk minuman. Coba saja kehebatannya!
Untuk kulinernya, Anda bisa mencicipi olehan tempe kemul yang lezat. Jangan  lewatkan pula untuk menyantap mie khas Wonosobo, yaitu mie ongklok.
Sebut saja Candi Arjuna. Candi Hindu tertua di Pulau Jawa ini masih kokoh berdiri. Padahal, candi tersebut sudah ada sejak tahun 809 masehi. Candi tersebut dipakai sebagai pemujaan terhadap Dewa Siwa.
Masih di Dieng, sebuah kawah vulkanik aktif ditemukan di sini. Kawah Sikidang namanya. Sesuai namanya, kidang/kijang, aktivitas berpindah tempat juga dilakoni kawah ini. Wilayah Dieng sebenarnya bentukan dari kawah Gunung Merapi yang mati. Cekungannya terlihat jelas dari dataran yang dikelilingi gugusan pegunungan di sekitarnya. Kawah Sikidang adalah satu dari beberapa kawah vulkanik yang masih aktif.
Jangan lupa mengunjungi Telaga Warna dan Gunung Sikunir. Telaga Warna adalah telaga yang memantulkan warna hijau, biru, dan ungu saat terkena sinar matahari. Kala fajar menyingsing, indahnya matahari terbit bisa dinikmati dari puncak Gunung Sikunir.
Kalau berkunjung ke Dieng, pastikan membawa baju hangat. Karena, suhu siang hari hanya berkisar 15-20 derajat celcius. Malamnya, suhu dengan kisaran 10 derajat celcius siap menemani. Lupakan untuk menggunakan pendingin udara di tempat ini. Ekstrem lagi kalau Anda berkunjung pada Juli dan Agustus. Suhunya bisa nol derajat celcius di siang hari dan -10 derajat celcius di waktu malam. Brrr… dinginnya menusuk tulang.
Namun kondisi tersebut disyukuri masyrakat setempat. Aneka tanaman yang membutuhkan iklim sejuk, tumbuh subur di sini. Komoditas utamanya adalah kentang dan kubis.Carica, atau pepaya Dieng, menjadi salah satu buah most wanted kala turis singgah di Dieng, sebagai oleh-oleh.
Pernah dengar purwaceng?  Inilah salah satu jenis tanaman legendaris yang tumbuh subur di Dieng. Fungsinya seperti viagra, bisa sebagai suplemen meningkatkan gairah seksual. Purwaceng sebenarnya jenis rumput yang tumbuh liar yang dikonsumsi dalam bentuk minuman. Coba saja kehebatannya!
Untuk kulinernya, Anda bisa mencicipi olehan tempe kemul yang lezat. Jangan  lewatkan pula untuk menyantap mie khas Wonosobo, yaitu mie ongklok.

Selasa, 03 Maret 2015

Keindahan alam Indonesia di puncak Jayawijaya dan Carstenz Pyramide

Pegunungan Jayawijaya adalah nama untuk sederetan pegunungan yang terbentang memanjang di provinsi Papua Barat dan Papua (Indonesia) hingga Papua Newguinea di Pulau Irian. Puncak Jayawijaya terdaftar sebagai salah satu dari tujuh puncak benua (Seven Summit) yang fenomena dan menjadi tujuan pendaki gunung di berbagai belahan dunia. Puncak Jayawijaya letaknya di Taman Nasional Laurentz, Papua. Puncak ini selalu diselimuti salju abadi. Di daerah tropis terdapat tiga padang salju, salju abadi di Puncak Jayawijaya merupakan satu darinya.

Selain dikenal dengan nama Puncak Jaya, puncak gunung ini juga terkenal dengan sebutan Carstenz Pyramide, atau Puncak Carstensz. Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa ini, dapat menyaksikan adanya salju tentunya sesuatu yang mustahil terjadi. Tetapi Carstenz Pyramid (4884 mdpl) adalah salah satu puncak yang bersalju tersebut. Puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Pasifik ini letaknya pada rangkaian Pegunungan Sudirman. Puncak ini terkenal tidak hanya karena tingginya, tetapi juga karena terdapat lapisan salju di puncaknya.

 Sumber    :  https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3377597294031877403#editor/target=post;postID=3849786202822922244

Misteri Pegunungan Jayawijaya

 
BAGI pendaki gunung, mendaki jajaran Pegunungan Jayawijaya adalah sebuah impian. Betapa tidak, pada salah satu puncak pegunungan itu terdapat titik tertinggi di Indonesia, yakni Carstensz Pyramide dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Jangan heran jika pendaki gunung papan atas kelas dunia selalu berlomba untuk mendaki salah satu titik yang masuk dalam deretan tujuh puncak benua tersebut. Apalagi dengan keberadaan salju abadi yang selalu menyelimuti puncak itu, membuat hasrat kian menggebu untuk menggapainya.
Tetapi, siapa yang menyangka jika puncak bersalju itu dahulunya adalah bagian dari dasar lautan yang sangat dalam!

“Pulau Papua mulai terbentuk pada 60 juta tahun yang lalu. Saat itu, pulau ini masih berada di dasar laut yang terbentuk oleh bebatuan sedimen. Pengendapan intensif yang berasal dari benua Australia dalam kurun waktu yang panjang menghasilkan daratan baru yang kini bernama Papua. Saat itu, Papua masih menyatu dengan Australia,” jelas ahli geologi Fransiskus Benediktus Widodo Margotomo saat memaparkan sejarah terbentuknya Pulau Papua.

Keberadaan Pulau Papua saat ini, lanjutnya, tidak bisa dilepaskan dari teori geologi yang menyebutkan bahwa dunia ini hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Pada kurun waktu 240 juta hingga 65 juta tahun yang lalu, benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia, yang menjadi cikal bakal pembentukan benua dan pegunungan yang saat ini ada di seluruh dunia.

Pada kurun waktu itu juga, benua Eurasia yang berada di belahan bumi bagian selatan pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.

“Saat itu, benua Australia dengan benua-benua yang lain dipisahkan oleh lautan. Di lautan bagian utara itulah batuan Pulau Papua mengendap yang menjadi bagian dari Australia akan muncul di kemudian hari,” tambah sarjana geologi jebolan Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta, pada 1986 ini.

Pengendapan yang sangat intensif dari benua kanguru ini, sambungnya, akhirnya mengangkat sedimen batu ke atas permukaan laut. Tentu saja proses pengangkatan ini berdasarkan skala waktu geologi dengan kecepatan 2,5 km per juta tahun.

Proses ini masih ditambah oleh terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.

Akhirnya proses pengangkatan yang terus-menerus akibat sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.

Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.
Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para peneliti geologi dunia.

Sementara terpisahnya daratan Australia dengan Papua oleh lautan berawal dari berakhirnya zaman es yang terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Mencairnya es menjadi lautan pada akhirnya memisahkan daratan Papua dengan benua Australia.

“Masih banyak rahasia bebatuan Jayawijaya yang belum tergali. Apalagi, umur Pulau Papua ini masih dikategorikan muda sehingga proses pengangkatan pulau masih terus berlangsung hingga saat ini. Ini juga alasan dari penyebutan Papua New Guinea bagi Pulau Papua, yang artinya adalah sebuah pulau yang masih baru,” tambah peraih gelar master di bidang Economic Geology dari James Cook University, Townswille, Australia ini.

Sementara keberadaan salju yang berada di beberapa puncak Jayawijaya, diyakininya akan berangsur hilang seperti yang dialami Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Hilangnya satu-satunya salju yang dimiliki oleh pegunungan di Indonesia itu disebabkan oleh perubahan iklim secara global yang terjadi di daerah tropis.