Dieng,
kawasan pegunungan di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, ini cocok buat
penikmat alam sejati. Terletak di ketinggian 2000 meter di atas laut,
Dieng menawarkan
kecantikan alam dan berbagai situs peninggalan masa lampau.
Sebut saja Candi Arjuna. Candi Hindu tertua di Pulau Jawa ini masih
kokoh berdiri. Padahal, candi tersebut sudah ada sejak tahun 809 masehi.
Candi tersebut dipakai sebagai pemujaan terhadap Dewa Siwa.
Masih di Dieng, sebuah kawah vulkanik aktif ditemukan di sini. Kawah
Sikidang namanya. Sesuai namanya, kidang/kijang, aktivitas berpindah
tempat juga dilakoni kawah ini. Wilayah Dieng sebenarnya bentukan dari
kawah Gunung Merapi yang mati. Cekungannya terlihat jelas dari dataran
yang dikelilingi gugusan pegunungan di sekitarnya. Kawah Sikidang adalah
satu dari beberapa kawah vulkanik yang masih aktif.
Jangan lupa mengunjungi Telaga Warna dan Gunung Sikunir. Telaga Warna adalah
telaga
yang memantulkan warna hijau, biru, dan ungu saat terkena sinar
matahari. Kala fajar menyingsing, indahnya matahari terbit bisa
dinikmati dari puncak Gunung Sikunir.
Kalau berkunjung ke Dieng, pastikan membawa baju hangat. Karena, suhu
siang hari hanya berkisar 15-20 derajat celcius. Malamnya, suhu dengan
kisaran 10 derajat celcius siap menemani. Lupakan untuk menggunakan
pendingin udara di tempat ini. Ekstrem lagi kalau Anda berkunjung pada
Juli dan Agustus. Suhunya bisa nol derajat celcius di siang hari dan -10
derajat celcius di waktu malam. Brrr… dinginnya menusuk tulang.
Namun kondisi tersebut disyukuri masyrakat setempat. Aneka tanaman
yang membutuhkan iklim sejuk, tumbuh subur di sini. Komoditas utamanya
adalah kentang dan kubis.Carica, atau pepaya Dieng, menjadi salah satu
buah most wanted kala turis singgah di Dieng, sebagai oleh-oleh.
Pernah dengar purwaceng? Inilah salah satu jenis tanaman legendaris
yang tumbuh subur di Dieng. Fungsinya seperti viagra, bisa sebagai
suplemen
meningkatkan gairah seksual. Purwaceng sebenarnya jenis rumput yang tumbuh liar yang dikonsumsi dalam bentuk minuman. Coba saja kehebatannya!
Untuk kulinernya, Anda bisa mencicipi olehan tempe kemul yang lezat.
Jangan lewatkan pula untuk menyantap mie khas Wonosobo, yaitu mie
ongklok.
Sebut saja Candi Arjuna. Candi Hindu tertua di Pulau Jawa ini masih
kokoh berdiri. Padahal, candi tersebut sudah ada sejak tahun 809 masehi.
Candi tersebut dipakai sebagai pemujaan terhadap Dewa Siwa.
Masih di Dieng, sebuah kawah vulkanik aktif ditemukan di sini. Kawah
Sikidang namanya. Sesuai namanya, kidang/kijang, aktivitas berpindah
tempat juga dilakoni kawah ini. Wilayah Dieng sebenarnya bentukan dari
kawah Gunung Merapi yang mati. Cekungannya terlihat jelas dari dataran
yang dikelilingi gugusan pegunungan di sekitarnya. Kawah Sikidang adalah
satu dari beberapa kawah vulkanik yang masih aktif.
Jangan lupa mengunjungi Telaga Warna dan Gunung Sikunir. Telaga Warna adalah
telaga
yang memantulkan warna hijau, biru, dan ungu saat terkena sinar
matahari. Kala fajar menyingsing, indahnya matahari terbit bisa
dinikmati dari puncak Gunung Sikunir.
Kalau berkunjung ke Dieng, pastikan membawa baju hangat. Karena, suhu
siang hari hanya berkisar 15-20 derajat celcius. Malamnya, suhu dengan
kisaran 10 derajat celcius siap menemani. Lupakan untuk menggunakan
pendingin udara di tempat ini. Ekstrem lagi kalau Anda berkunjung pada
Juli dan Agustus. Suhunya bisa nol derajat celcius di siang hari dan -10
derajat celcius di waktu malam. Brrr… dinginnya menusuk tulang.
Namun kondisi tersebut disyukuri masyrakat setempat. Aneka tanaman
yang membutuhkan iklim sejuk, tumbuh subur di sini. Komoditas utamanya
adalah kentang dan kubis.Carica, atau pepaya Dieng, menjadi salah satu
buah most wanted kala turis singgah di Dieng, sebagai oleh-oleh.
Pernah dengar purwaceng? Inilah salah satu jenis tanaman legendaris
yang tumbuh subur di Dieng. Fungsinya seperti viagra, bisa sebagai
suplemen
meningkatkan gairah seksual. Purwaceng sebenarnya jenis rumput yang tumbuh liar yang dikonsumsi dalam bentuk minuman. Coba saja kehebatannya!
Untuk kulinernya, Anda bisa mencicipi olehan tempe kemul yang lezat.
Jangan lewatkan pula untuk menyantap mie khas Wonosobo, yaitu mie
ongklok.